#28 | DAKWAH JAHRIYYAH (BAG.2)

Share

Pembaca yang budiman, pada artikel terakhir telah kita paparkan bahwa ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam mendapatkan perintah untuk berdakwah kepada keluarganya, maka beliau langsung mengumpulkan paman-paman beliau dan menyampaikan dakwah beliau. Setelah yakin tugasnya untuk menyampaikan wahyu Rabbnya telah mendapatkan perlindungan dari pamannya, Abu Thalib, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pun bertekad untuk menyampaikan dakwah tersebut dengan lebih meluas.
Disebutkan di dalam Shahih Al Bukhari, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

“Saat Allah subhanahu wata’ala menurunkan wahyunya,

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ

“Dan berikanlah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bangkit dan berkata,

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ - أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا - اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ ، لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِى عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مالِي لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا 
“Wahai kaum Quraisy -atau ucapan semacamnya- selamatkan diri kalian, aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun di hadapan Allah!Wahai Abdi Manaf, aku tidak dapat menolong kalian di hadapan Allah!Wahai Abbas bin Abdul Mutthalib, aku tidak dapat menolong engkau sedikitpun di hadapan Allah!Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah, aku tidak dapat menolongmu sedikit pun di hadapan Allah!Wahai Fathimah putri Muhamad, mintalah dariku harta sekehendak hatimu, aku tidak dapat menolongmu sedikit pun di hadapan Allah.”[1]
Dalam riwayat yang lain dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau mengabarkan,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْبَطْحَاءِ، فَصَعِدَ الْجَبَلَ فَنَادَى: "يَا صَبَاحَاهَ". فَاجْتَمَعَتْ إِلَيْهِ قُرَيْشٌ، فَقَالَ: "أَرَأَيْتُمْ إِنْ حَدثتكم أَنَّ الْعَدُوَّ مُصبحكم أَوْ مُمْسيكم، أَكَنْتُمْ تُصَدِّقُونِي؟ ". قَالُوا: نَعَمْ. قَالَ: "فَإِنِّي نذيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٌ شَدِيدٍ". فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا؟ تَبًّا لَكَ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ} إِلَى آخِرِهَا
Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju ke Batha (dataran tinggi di Makkah), lalu menaiki bukit yang ada padanya dan berseru, "Awas ada musuh di pagi hari ini!"Maka orang-orang Quraisy berkumpul kepadanya dan beliau bersabda, “Apa pendapat kalian jika aku sampaikan berita kepada kalian bahwa musuh akan datang menyerang kalian di pagi atau petang hari, apakah kalian akan percaya kepadaku?”Mereka menjawab, “Ya.”Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,"Maka sesungguhnya aku memperingatkan kepada kalian akan datangnya azab yang keras.”Maka Abu Lahab berkata, “Celakalah kamu ini, karena inikah engkau mengumpulkan kami.”Maka Allah subhanahu wata’ala menurunkan firman-Nya,
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. (Al-Lahab: 1), hingga akhir surat.[2]


PERMUSUHAN ABU LAHAB DAN ISTRINYA

Seperti yang telah kita singgung pada artikel sebelumnya bahwa Abu Lahab adalah salah seorang paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, nama aslinya ialah Abdul ‘Uzza ibnu Abdul Muttalib, dan nama kunyahnya (gelarnya) ialah Abu Utaibah.

Abdul ‘Uzza diberi julukan Abu Lahab karena wajahnya yang merah merona. Dia adalah seorang yang banyak menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Lahab sangat membenci dan meremehkan Rasulullah, serta selalu memojokkan beliau dan juga memojokkan agama beliau.[3]

Karena penolakan dan permusuhan yang keras inilah, maka Allah subhanahu wata’ala menurunkan firman-Nya,

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. (Al-Lahab: 1)
Setelah mendengar ajakan keponakannya, dengan sombongnya Abu Lahab Abu Lahab mengatakan,

إِذَا كَانَ مَا يَقُولُ ابْنُ أَخِي حَقًّا، فَإِنِّي أَفْتَدِي نَفْسِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْعَذَابِ بِمَالِي وَوَلَدِي
“Jika apa yang dikatakan oleh keponakanku ini benar, maka sesungguhnya aku akan menebus diriku kelak di hari kiamat dari azab dengan harta dan anak-anakku.”
Maka turunlah firman Allah subhanahu wata’ala,

مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
“Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.” (Al Lahab: 2)
Bahkan kemudian Allah tegaskan apa yang akan dia peroleh kelak di akhirat,

سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.” (Al Lahab: 3)
Yakni neraka yang apinya bergejolak, menyala dengan hebatnya, dan sangat membakar.[4]

Dalam menentang dakwah Rasulullah shallallahu alaih wasallam, Abu Lahab senantiasa dibantu dan didukung oleh istrinya. Hal ini disebutkan di dalam Al Qur’an,

وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
Dan (begitu pula) istrinya pembawa kayu bakar. (Al-Lahab: 4)
Istri Abu Lahab termasuk dari kalangan terhormat suku Quraisy. Dia dikenal dengan nama Ummu Jamil. Nama asli Ummu Jamil adalah Arwah binti Harb bin Umayyah. Dia adalah saudara perempuan Abu Sufyan. Ummu Jamil membantu suaminya dalam kekufuran dan keingkarannya terhadap kebenaran yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena itulah maka kelak di hari kiamat ia menjadi sebab yang akan menambah adzab bagi suaminya di neraka Jahanam. [5]

Allah mensifati Ummu Jamil dengan firman-Nya,

حَمَّالَةَ الْحَطَبِ * فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
“Pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut.” (Al Lahab: 4-5)
Para ulama berbeda pendapat tentang makna pembawa kayu bakar di sini. Sebagian mengatakan bahwa yang dimaksud adalah api neraka. Sebagiannya lagi menyebutkan bahwa maksud wanita pembawa kayu bakar adalah wanita yang suka menebarkan hasutan.

Sebagian lagi menafsirkan bahwa dahulu Ummu Jamil memiliki kebiasaan meletakkan ranting-ranting kayu bakar yang berduri di jalan-jalan yang dilalui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Adapun Al Imam Ibnu Katsir sendiri menyebutkan, “Yaitu memanggul kayu bakar, lalu melemparkannya kepada suaminya agar api yang membakarnya bertambah besar; istrinya memang diciptakan untuk itu dan disediakan untuk membantu mengazabnya.”[6]
Adapun tentang makna firman Allah,

فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
yang di lehernya ada tali dari sabut
Disebutkan oleh Sa'id bin Al Musayyab rahimahullah bahwa dahulu istri Abu Lahab mempunyai sebuah kalung yang mewah, lalu ia mengatakan, 

لَأُنْفِقَنَّهَا فِي عَدَاوَةِ مُحَمَّدٍ
“Sesungguhnya aku akan membelanjakan kalung ini untuk biaya memusuhi Muhammad!” Maka Allah menghukumnya dengan tali dari api neraka yang dikalungkan di lehernya kelak di akhirat.[7]


Wallahu a’lam bisshawab.


**********


REFERENSI:
[1] Ibrahim Al ‘Ali, Shahih As Sirah An Nabawiyyah, (Amman: Daarun Nafaais, 2010), hlm. 77.
[2] Ibid., hlm. 76
[3] Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri et al., Al Misbah Al Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, (Riyadh: Darussalam, 2013), hlm. 1591
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] Lihat Tafsir Ibnu Katsir untuk surat Al Lahab.