Pembaca yang budiman, setelah melakukan dakwah secara diam-diam selama dua tahun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan oleh Allah untuk melakukan da’wah secara terang-terangan. Allah subhanahu wata’ala menurunkan firman-Nya,
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ
"dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat" (Asy Syu'ara': 214)
Al Imam Ibnu Katsir di dalam tafsirnya menyebutkan sebuah riwayat bahwa setelah turun ayat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,
عَرَفْتُ أَنِّي إِنْ بادأتُ بِهَا قومِي، رَأَيْتُ مِنْهُمْ ما أكره، فَصَمَتُّ.
"Aku mengetahui bahwa jika aku sampaikan hal ini dengan segera kepada mereka (kaumku), pastilah aku akan melihat jawaban mereka yang tidak kusukai. Karena itu, terpaksa aku hanya diam."
Maka datanglah Jibril kepadaku dan berkata,
فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ لَمْ تَفْعَلْ مَا أَمَرَكَ بِهِ رَبُّكَ عَذَّبَكَ رَبُّكَ
"Hai Muhammad, sesungguhnya jika kamu tidak segera melakukan apa yang telah diperintahkan Rabbmu kepadamu, niscaya Rabbmu akan mengazabmu."
Ali melanjutkan kisahnya bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil beliau dan berkata,
"Wahai Ali sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah memerintahkan kepadaku untuk memberikan peringatan kepada kaum kerabat terdekatku, dan aku mengetahui bahwa jika aku segera menyampaikan hal itu kepada mereka, pastilah aku akan mendapat jawaban yang tidak aku sukai. Karena itu, aku diam. Kemudian Jibril datang kepadaku dan berkata, "Hai Muhammad, jika kamu tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadamu, niscaya Rabbmu akan mengazabmu.'
Oleh karena itu wahai Ali buatkanlah makanan untuk kami dengan menyembelih seekor kambing dan satu sha' makanan serta siapkanlah susu satu qirbah, kemudian kumpulkanlah semua orang Bani Abdul Muttalib."
Ali kemudian menuturkan,
“Maka aku pun melaksanakn perintah beliau dan berkumpullah di rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam semua Banil Muttalib yang saat itu berjumlah kurang lebih empat puluh orang; di antaranya terdapat paman-paman beliau seperti Abbas, Hamzah, Abu Thalib, dan Abu Lahab yang kafir lagi kotor itu. Lalu saya suguhkan hidangan itu kepada mereka.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sepotong daging, lalu membelahnya dengan giginya, dan menaburkannya ke seluruh hidangan tersebut seraya bersabda, "Makanlah dengan menyebut nama Allah."
Maka semua yang hadir makan hingga kenyang, dan tiada yang tersisa kecuali bekas tangan-tangan mereka. Padahal, demi Allah, seseorang dari mereka saja dapat menghabiskan hidangan tersebut.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Berilah mereka minum, hai Ali."
Maka saya datang dengan membawa qirbah tersebut, dan mereka minum darinya hingga kenyang semuanya. Padahal, demi Allah, sesungguhnya seseorang dari mereka dapat menghabiskan minuman itu sendirian.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dan mengatakan, "Sungguh kalian telah disihir oleh teman kalian ini..."
Mereka pun bubar dalam keadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam belum sempat berbicara dengan mereka.
Pada keesokan harinya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Hai Ali, buatkanlah jamuan bagi kita seperti yang kamu lakukan kemarin, yaitu jamuan makan dan minum, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahuluiku berbicara seperti yang telah engkau dengar sebelum aku berbicara dengan keluargaku."
Maka Ali pun kemudian melakukan perintah beliau. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya kemarin, lalu mereka semuanya makan dan minum hingga kenyang.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dengan ucapan, "Sungguh teman kalian ini telah menyihir kalian." Akhirnya mereka bubar, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam belum sempat berbicara dengan mereka.
Di hari selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali memerintahkan Ali untuk menyiapkan makanan dan mengundang paman-paman beliau. Beliau bersabda,
"Wahai Ali buatlah jamuan makan dan minum buat kita seperti kemarin, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahului bicaraku seperti yang telah engkau dengar sendiri sebelum aku berbicara dengan kaum."
Maka Ali pun melaksanakan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sampai seluruh paman-paman beliau makan dan minum hingga kenyang.
Untuk kali ketiga ini, Rasulullah mendahului Abu Lahab...
Beliau mengatakan di hadapan paman-paman beliau,
يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، إِنِّي -وَاللَّهِ -مَا أَعْلَمُ شَابًّا مِنَ الْعَرَبِ جَاءَ قَوْمَهُ بِأَفْضَلَ مِمَّا جِئْتُكُمْ بِهِ، إِنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِأَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Wahai Bani Abdul Muttalib, sesungguhnya aku, demi Allah, belum pernah mengetahui ada seorang pemuda Arab yang menyampaikan kepada kaumnya perkara yang lebih baik daripada apa yang akan kusampaikan kepada kalian ini. Sesungguhnya aku menyampaikan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat...” [1]
Asy Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri kemudian membawakan kelanjutan riwayat ini, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan,
الحمد لله أحمده، وأستعينه، وأومن به، وأتوكل عليه، وأشهد ألاإله إلا الله وحده لا شريك له
“Alhamdulillah, aku memuji-Nya, meminta pertolongan, beriman serta bertawakkal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya."
Selanjutnya beliau berkata,
إن الرائد لا يكذب أهله والله الذي لا إله إلا هو، إني رسول الله إليكم خاصة، وإلى الناس عامة، والله لتموتن كما تنامون، ولتبعثن كما تستيقظون، ولتحاسبن بما تعملون، وإنها الجنة أبدا أو النار أبدا
"Sesungguhnya seorang pemimpin tidak mungkin membohongi keluarganya sendiri. Demi Allah yang tiada Tuhan selainNya! Sesungguhnya aku adalah Rasulullah yang datang kepada kalian secara khusus, dan kepada manusia secara umum. Demi Allah! sungguh kalian akan mati sebagaimana kalian tidur dan kalian akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun dari tidur. Sungguh kalian akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang kalian lakukan. Dan sesungguhnya balasannya nanti hanya surga yang abadi atau neraka yang abadi".
Kamudian Abu Thalib kemudian mengatakan, "Alangkah senangnya kami membantu dan menerima nasihatmu. Kami sangat membenarkan kata-katamu. Mereka, yang merupakan suku-suku dari pihak ayahmu ini telah berkumpul. Sesungguhnya aku hanyalah salah seorang dari mereka namun aku adalah orang yang paling cepat merespon apa yang engkau inginkan. Oleh karena itu teruskan apa yang telah diperintahkan kepadamu. Demi Allah, Aku akan melindungi dan membelamu. Akan tetapi aku belum dapat berpisah dengan agamanya Abdul Muththalib "
Berbeda dengan respon Abu Thalib, paman beliau yang lain yaitu Abu Lahab merespon dengan keras, “Demi Allah! Ini benar-benar merupakan aib yang sangat besar. Cepat, ambil tangannya... Cegahlah dia sebelum dia berhasil menyeret orang lain selain kalian!”
Abu Thalib menjawab, "Demi Allah! Sungguh selama kami masih hidup, kami akan membelanya..."[2]
(bersambung)
Wallahu a’lam bisshawab.
**********
REFERENSI:
[1] Ibnu Katsir, tafsir surat Asy Syu’ara’, ayat ke-214.
[2] Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Ar Rahiqul Makhtum, (Riyadh: Dar Ibnil Jauzi, 1435 H), hlm. 79.
CATATAN KAKI:
[1] Ibnu Hisyam, As Sirah An Nabawiyah (Mesir: Mushtafa Al Baabi Al Halabi, 1995) jilid 1 hlm. 246.
[2] Ibrahim Al ‘Ali, Shahih As Sirah An Nabawiyyah, (Amman: Daarun Nafaais, 2010), hlm. 72-73.
[3] Ibnu Rajab Al Hambali, Fathul Bari, (Madinah: Maktabah Al Ghuraba’, 1996), jil. 2, hlm. 304.
[2] Ibrahim Al ‘Ali, Shahih As Sirah An Nabawiyyah, (Amman: Daarun Nafaais, 2010), hlm. 72-73.
[3] Ibnu Rajab Al Hambali, Fathul Bari, (Madinah: Maktabah Al Ghuraba’, 1996), jil. 2, hlm. 304.