Setelah wahyu sempat terputus, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mendapatkan perintah untuk berdakwah kepada manusia, mengajak mereka untuk mentauhidkan Allah subhanahu wata’ala dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan kepada-Nya. Mulai lah beliau mendakwahi manusia untuk masuk ke dalam Islam. Dakwah beliau ini dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi, sehingga dikenal dengan nama dakwah sirriyyah.
MENAWARKAN ISLAM KEPADA ORANG-ORANG TERDEKAT
Yang pertama-tama dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah menawarkan Islam kepada orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan beliau. Keluarga terdekat dan sahabat-sahabat yang sudah beliau kenal dengan baik berusaha beliau dakwahi sehingga mereka pun menerima Islam sebagai ajaran agama yang benar.
Di antara orang yang pertama masuk islam tentunya adalah:
- Isteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid.
- Maula (mantan budak) beliau, Zaid bin Haritsah bin Syarahil alKalbi.
- Keponakan beliau 'Ali bin Abi Thalib
- Sahabat beliau yang paling dekat yaitu Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan,
“Abu Bakr adalah laki-laki pertama yang memeluk Islam. Ada pun Ali, maka beliau adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak kecil. Sedangkan Khadijah, beliau adalah orang yang pertama masuk Islam dari kalangan wanita. Dan Zaid bin Haritsah, beliau adalah orang yang pertama masuk Islam dari kalangan maula (mantan budak). Dan ini adalah pendapat Al Imam Abu Hanifah rahimahullah.” [1]
DAKWAH ABU BAKR RADHIYALLAHU ANHU
Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat Rasulullah yang memiliki keutamaan yang besar. Ketika banyak orang mendustakan apa yang beliau bawa, Abu Bakr adalah orang yang paling kuat pembenaran dan dukungannya kepada beliau.
إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ كَذَبْتَ، وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ صَدَقَ، وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ“Sesungguhnya mengutusku kepada kalian. Kalian mengatakan, ‘Engkau dusta!’. Adapun Abu Bakr mengatakan, ‘Dia benar’. Ia telah mengorbankan jiwa dan hartanya demi aku.” (HR. Al Bukhari)
Abu Bakr pun sangat bersemangat dalam dakwah. Beliau adalah sosok laki-laki yang luwes dalam bergaul, disenangi, berakhlak mulia dan dikenal kebaikannya. Para tokoh kaumnya selalu mengunjunginya dan sudah tidak asing dengan kepribadiannya karena wawasan, kesuksesan dalam perdagangan dan pergaulannya yang baik. Abu Bakr pun berusaha berdakwah kepada orang-orang dari kaumnya yang sering berinteraksi dengan beliau.
Dengan keutamaan dari Allah dan kerja keras Abu Bakr dalam berdakwah, maka masuk Islamlah para sahabat yang mulia yaitu:
- Utsman bin Affan Al Umawi
- Az Zubair bin Awam Al Asadi
- Abdurrahman bin 'Auf
- Sa'ad bin Abi Waqqash
- Thalhah bin 'Ubaidillah [2]
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin ‘Auf ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ“Abu Bakr di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah di surga”. (HR. At Tirmidzi)
Semoga Allah meridhai Abu Bakr Ash Shiddiq dan para sahabat Rasulullah lainnya.
BERBONDONG-BONDONG MASUK ISLAM
Kemudian setelah itu masuk Islamlah para sahabat yang mulia lainnya, di antaranya
- Abu 'Ubaidah; 'Amir bin Al Jarrah
- Abu Salamah bin 'Abdul Asad
- Al Arqam bin Abil Arqam
- Utsman bin Mazh'un
- Qudamah bin Mazh’un
- Abdullah bin Mazh’un
- Ubaidah bin Al Harits bin Al Muththalib bin 'Abdu Manaf
- Sa'id bin Zaid Al 'Adawy
- Fathimah binti Al Khaththab Al 'Adawiyyah (saudara perempuan Umar bin Al Khaththab dan istri dari Said bin Zaid)
- Khabbab bin Al Arts
- Ja’far bin Abi Thalib
- Asma’ bin Umais
- Khalid bin Sa’id Al Umawi
- Aminah binti Khalaf
- Amr bin Sa’id Al Umawi
- Hathib bin Al Harits Al Jumahi
- Fathimah bin Al Mujallil
- Al Khattab bin Al Harits
- Fukaihah binti Yasar
- Ma’mar bin Al Harits
- Al Muthallib bin Azhar Az Zuhri
- Ramlah binti Abu Auf
- Nu’aim bin Abdullah Al Adawi
Adapun yang berasal dari selain Quraisy, di antaranya:
- Abdullah bin Mas’ud Al Hudzali
- Mas’ud bin Rabi’ah Al Qari
- Abdullah bin Jahsy Al Asadi
- Abu Ahmad bin Jahsy
- Bilal bin Rabah Al Habasy
- Suhaib bin Sinaan Ar Ruumi
- Ammar bin Yasir Al Anasi
- Yasir Al Anasi
- Sumayyah (istri Yasir, ibu dari Ammar)
- Amir bin Fuhairah
- Ummu Ayman Barakah Al Habasyiyah
- Ummu Fadhl, istri dari Abbas (paman Rasulullah)
- Asma’ binti Abu Bakr [3]
Ammar radhiyallahu ‘anhu berkata,
Disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar bahwa kelima budak itu adalah:رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا مَعَهُ، إِلَّا خَمْسَةُ أَعْبُدٍ، وَامْرَأَتَانِ وَأَبُو بَكْرٍ"Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak ada orang yang bersama beliau kecuali lima orang budak, dua orang wanita, dan Abu Bakr". (HR. Al Bukhari)
- Bilal bin Rabah
- Zaid bin Haritsah
- Aamir bin Fahiirah, budaknya Abu Bakr.
- Abu Fakihah, budaknya Shofwan bin Umayyah.
- Yasir, ayah dari Ammar, suami Sumayyah
Para sahabat yang mulia inilah yang disebut sebagai assabiqunal awwalun, yaitu orang-orang yang pertama masuk Islam sebagaimana yang dipuji oleh Allah di dalam Al Qur’an…
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari (kalangan) orang-orang muhajirin dan anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At Taubah: 100).
Wallahu a’lam bisshawab.
**********
CATATAN KAKI
[1] Ibrahim Al ‘Ali, Shahih As Sirah An Nabawiyyah, (Amman: Daarun Nafaais, 2010), hlm. 74.
[2] Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Ar Rahiqul Makhtum, (Riyadh: Dar Ibnil Jauzi, 1435 H), hlm. 91-92.
[3] Ibid., hlm. 92
[4] Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Bari, (Beirut: Darul Ma’rifah, 1379 H), Jil. 1, hlm. 300.
[1] Ibrahim Al ‘Ali, Shahih As Sirah An Nabawiyyah, (Amman: Daarun Nafaais, 2010), hlm. 74.
[2] Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Ar Rahiqul Makhtum, (Riyadh: Dar Ibnil Jauzi, 1435 H), hlm. 91-92.
[3] Ibid., hlm. 92
[4] Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Bari, (Beirut: Darul Ma’rifah, 1379 H), Jil. 1, hlm. 300.